Kamis, 05 November 2009

MENGINGAT ALLAH

Bismillaahir Rahmaanir Rahiim

'Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah sebanyak-banyaknya.' (QS 33 : 41)
Dan sesungguhnya mengingat Allah adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS 29 : 45)

Rasulullah,saw., manusia teragung sepanjang masa itu ditanya oleh Sayyidina Ali bin Abi Thalib,ra., : ‘Yaa Rasulullah tunjukkan kepadaku jalan yang paling dekat kepada Allah SWT, paling mudah bagi hamba-Nya, tetapi paling utama menurut Allah.’ Beliau menjawab : ‘Hai Ali hendaklah kamu senantiasa berdzikir kepada Allah baik secara sirri (bathin) maupun jahr (bersuara).’ Lalu Sayyidina Ali.ra. melanjutkan pertanyaannya : ”Yaa Rasulullah setiap manusia telah biasa berdzikir padahal aku ingin engkau memberikan secara khusus.’ Beliau menjawab : ‘Seutama-utamanya apa yang aku ucapkan dan diucapkan oleh nabi sebelumku adalah kalimat ‘Laa Ilaaha Illallaah’. Seandainya tujuh langit dan tujuh bumi dikumpulkan jadi satu dalam satu timbangan, maka pastilah kalimat ‘Laa Ilaaha Illallaah’ akan lebih berat.’”

Ke dua ayat Al Qur’an dan sebuah hadis diatas sangat jelas maknanya, yang pertama berupa perintah kepada orang-orang yang mengaku beriman untuk mengerjakan dzikir sebanyak-banyaknya dan yang kedua menjelaskan keutamaan dzikir yang mengungguli kualitas peribadatan yang lain. Karena semua kewajiban yang dibebankan oleh Allah SWT., kepada manusia (shalat, puasa, zakat dan haji), mempunyai keringanan bila ada sebab-sebab yang jelas, kecuali kewajiban dzikrullah, tak ada suatu keadaan pun yang membolehkan untuk melalaikannya. Orang-orang yang beriman diwajibkan berdzikir ‘ketika berdiri, duduk dan berbaring’ (QS 3 : 191 dan QS 4 : 103), di waktu pagi, siang, sore dan malam hari, di laut, darat ataupun udara, di perjalanan atau di rumah, dalam keadaan kaya atau miskin, sakit atau sehat, dalam aktivitas atau diam, secara terang-terangan atau sembunyi, hakikatnya, di setiap saat selama hayat masih dikandung badan.

Ada kelompok orang yang berpendapat bahwa bila seseorang berbuat kebajikan yang sesuai dengan syariat Islam atau siapapun yang mematuhi perintah Allah SWT sesungguhnya ia telah melakukan dzikir, maka dalam pembahasan ini bukan itu yang dimaksud. Karena bila seseorang mengerjakan shalat lalu ingat akan besarnya pahala yang akan didapat, bukannya mengingat Yang Memberi Pahala dan juga bila seseorang bershodaqoh lalu mengharapkan imbalan berupa sepuluh kali lipatnya, bukannya mengingat yang melipatkan-Nya, maka keduanya jauh dari kriteria dzikrullah. Yang dimaksud dengan dzikrullah dalam lingkungan tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah adalah merupakan ibadat yang ‘rahasia’, dan oleh sebab ‘kerahasiaan’ itulah, maka bagi orang-orang yang ingin mengerjakannya wajiblah terlebih dahulu mendapatkan ijazah atau perkenan dari seorang Mursyid. Mengapa disebut ‘rahasia’, dikarenakan dzikir ini berurusan dengan yang ghaib, yaitu hati atau qolbi, namun bukan hati atau organ tubuh secara lahiriyah, akan tetapi sesuatu yang halus atau yang lembut yang tempatnya ‘berada’ di bawah puting susu sebelah kiri kira-kira dua jari. Dan Yang Maha Ghaib menciptakan dan menjadikan qolbu ini sebagai tambang ma’rifat dan khazanah rahasia-rahasia tauhid. Seperti sebuah hadis qudsi yang mengatakan bahwa Rasulullah,saw., bersabda : ”Allah berfirman : ‘Aku jadikan pada tubuh anak Adam (manusia) , itu ada istana, di situ ada dada, di dalam dada ada al-qalb, di dalam al-qalb ada fu’ad, di dalam fu’ad ada syaqaf, di dalam syaqaf ada lub, dan di dalam lub ada sirr, sedangkan di dalam sirr ada AKU.’” Dan ketika Rasulullah,saw., sedang bersama-sama dengan sahabatnya, beliau bertanya : ‘Adakah di antara kalian orang asing ? yakni ahl al-kitab.’ Mereka menjawab, ‘tidak ada yaa Rasulullah.’ Maka Rasulullah,saw., menyuruh menutup pintu dan bersabda : ‘Angkatlah tangan kalian dan katakan ‘Laa Ilaaha Illallaah.’ Maka seluruh sahabat yang berada diruangan itu mengangkat tangannya dan mengucap ‘Laa Ilaaha Illallaah.’ Lalu Rasulullah,saw., bersabda : ‘Yaa Allah, sungguh Engkau mengutusku dengan kalimat ini, menyuruhku dengannya, kau janjikan kepadaku surga dengannya, dan sungguh Engkau tidak pernah menyalahi janji.’ Kemudian beliau bersabda : ‘Berbahagialah kalian semua, karena Allah akan mengampuni kamu semua.’

Sesungguhnya manusia itu mempunyai dua jenis mata, yang satu adalah mata inderawi dan yang kedua adalah mata hati. Baik mata inderawi ataupun mata hati berfungsi untuk melihat, yang pertama untuk melihat alam syahadah, alam jasmani, atau alam indera, dan yang kedua untuk melihat alam malakut, alam ruhani, atau alam akal atau Syaikhuna menyebutnya ‘dairatul inkam’. Sewaktu berhaji beliau berdoa bagi murid-murid yang menyertainya : ‘Yaa Allah bimbinglah murid-muridku ini memasuki wilayah dairatul inkam.’ Jika diperumpamakan pendakian, wilayah dairatul inkam ini adalah merupakan suatu kewajiban bagi para pejalan untuk mendakinya, dan untuk mudah dicerna, dapat dikatakan bahwa alam syahadah ini adalah alam bawah dan alam malakut adalah alam atas, namun jangan diartikan bahwa alam atas adalah langit. Oleh sebab itu alam syahadah diperuntukkan bagi semua golongan manusia, sedangkan alam malakut dicipta hanya teruntuk manusia yang dipilih-Nya dan makhluk-makhluk ruhaniyah tentunya, dan yang ‘masuk’ kedalam lingkaran kesucian atau hadirat al quds hanyalah para Nabi dan para Wali.

Kedua jenis mata itu barulah bisa melihat sesuatu bilamana ada ‘cahaya’, yang pertama membutuhkan cahaya dari matahari, api, atau lentera dan yang kedua membutuhkan cahaya dari Al Qur’an dan Al Hadis. Mata inderawi yang dicipta untuk melihat alam syahadah, sangatlah terbatas dan mempunyai banyak kelemahan, karena ia tidak akan mampu melihat benda yang jauh dari mata ataupun yang sangat dekat dengan mata sekalipun. Bila seseorang melihat gunung, ia tidak dapat melihat sisi lainnya, dan juga hal-hal yang berada didalam gunung itu. Berbeda dengan mata hati, yang dicipta untuk melihat alam malakut atau alam-alam ghaib, ia dapat melihat hakikat segala sesuatu. Nah, bilamana mata inderawi membutuhkan makanan dan supplemen untuk memelihara kesehatannya, maka demikian juga mata hati, ia membutuhkan sesuatu agar kesehatan dan kedalaman penglihatannya semakin tajam, sesuatu yang dimaksud adalah dzikrullah. Sangking pentingnya dzikrullah ini, Syaikhuna (semoga allah merahmatinya) berkata : ‘Dzikrullah merupakan kewajiban bagi orang-orang yang bertarekat, apabila tertinggal karena sesuatu hal maka wajib di jama, bahkan seseorang yang mempunyai pangkat kewalian pun masih melekat kewajiban itu.’

Allah SWT berfiman : 'Katakanlah : ‘Apakah sama orang yang buta dengan orang yang melihat ? Maka apakah kamu tidak memikirkan(nya) ? (QS 6 : 50) 'Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada. (QS 22 : 46)

Dzikrullah yang dikerjakan secara benar, sesuai dengan kaifiat-kaifiat yang baku, maka akan dengan cepat mempengaruhi dan mewarnai hati (qolbi), hati menjadi bening seperti cermin, dan hanya dengan menggunakan cermin ini seseorang dapat melihat kelemahan-kelemahan dirinya sendiri, bahwa dirinya adalah ‘baru’ atau yang terkemudian atau yang tercipta dan hina, dan juga dapat melihat sesuatu yang berada dibelakangnya (hakikat). Dan barang siapa dapat melihat atau mengenal dirinya sendiri maka dia akan mengenal Tuhannya. Jiwa akan mengalami perubahan-perubahan yang significant, dan sesorang akan dapat merasakannya secara umum. Sedangkan perubahan jiwa secara khusus hanya dapat diketahui oleh seorang Mursyid, lalu dengan pengetahuan dan kesabarannya, Sang Mursyid akan menerapkan terapi khusus kepada murid-muridnya, agar tujuan hidupnya menjadi benar seperti tuntunan dalam Al Qur’an dan Al Hadis.

Allah SWT berfirman : 'Maka bertanyalah kepada ahli dzikir (orang yang berpengetahuan) jika kalian tidak mengetahui. (QS 16 : 43)

Nabi,saw., bersabda : ‘Seutama-utama dzikir adalah Laa Ilaaha Illallaah.’

Syaikhuna (semoga Allah merahmatinya) berakta : ‘Dzikrullah adalah mengulang-ulang secara lisan atau secara lisan yang bersamaan dengan hati (qolbi) atau hanya hati (qolbi) saja menyebut kalimat thoyibah ‘Laa Ilaaha Illallaah’ atau menyebut ismudzat ‘Allah’ atau menyebut ‘Huwa.’ Dzikir adalah melupakan segalanya kecuali Allah.’ Kedengarannya pekerjaan ini mudah dilakukan, karena tidak memerlukan tempat dan waktu yang khusus. Seperti sabda Rasulullah,saw., : ‘Dzikir itu ringan diucapnya namun berat timbangannya.’ Akan tetapi pada kenyataannya manusia yang berdzikir sangatlah sedikit, mereka lebih suka melakukan dzikir dunia, yaitu menggunakan lisannya untuk banyak berbicara dan bernyanyi serta menggunakan hatinya untuk cakap-cakap yang buruk, dan kalaupun mereka berdzikir kepada Tuhan atau lebih tepatnya disebut bertasbih, dilakukannya hanya selepas shalat fardu, degan menyebut Subhanallah, Alhamdulillah, Laa Ilaaha Illallah dan Allahu Akbar masing masing sebanyak tiga puluh tiga kali, dengan bacaan yang sangat cepat, tanpa membawa rasa dan tata cara. Mungkin saja berdzikir dengan cara seperti itu akan berpahala, namun tidak akan membekas apapun kedalam hati dan mustahil akan berpengaruh kepada perubahan jiwa. Seorang Syaikh melantukan sebuah syair:

Bila engkau berjalan tanpa pembimbing, akan memerlukan waktu dua ratus tahun untuk perjalanan dua hari.

Allah swt., berfirman : 'Karena itu, ingatlah kepada-Ku, niscaya Aku ingat pula kepadamu, dan bersyukurlah engkau kepada-Ku dan janganlah kamu mengingakri (ni’mat)-Ku. (QS 2 : 152)

Dzikir pada umumnya mempunyai pengertian ‘mengingat’, namun dzikrullah bukan sekedar ‘mengingat’, karena bila dikatakan ’mengingat’ maka sesuatu yang diingatnya belum tentu berbalas akan mengingatnya. Dzikrullah adalah ibadat yang bertaut-tautan antara pengingat dan yang Diingat, rahasia ini hanya dibukakan teruntuk umat Muhammad,saw., saja, seperti sebuah hadis yang meriwayatkan bahwa Jibril,as., mengatakan kepada Rasulullah,saw., bahwasanya Allah swt., telah berfirman : ‘Aku telah memberikan kepada ummatmu sesuatu yang tidak pernah Kuberikan kepada ummat yang lain.’ Nabi, saw., bertanya kepada Jibril,as., : ‘Apakah pemberian itu ?’ Jibril,as., menjawab : ‘Pemberian itu adalah firman-Nya, berdzikirlah kepada-Ku, niscaya Aku akan berdzikir kepadamu. Dia belum pernah memfirmankan itu kepada ummat lain yang mana pun.’

Di dalam hadits qudsi Allah SWT berfirman : ‘Aku mengingat orang yang mengingat-Ku, menjadi teman duduk bagi orang yang bersyukur kepada-Ku, dan kekasih bagi orang yang mencintai-Ku. Barang siapa yang mengingat-Ku di dalam dirinya, Aku pun mengingatnya di dalam diri-Ku, barang siapa mengingat-Ku di tengah keramaian kaumnya, Aku pun mengingatnya di tengah keramaian para malaikat-Ku.’

Dan Allah,SWT., berfirman didalam hadis qudsi yang lain : ‘Aku seperti apa yang dipikirkan hamba-Ku mengenai-Ku, dan Aku bersamanya seandainya ia mengingat-Ku. Seandainya ia mengingat-Ku didalam dirinya, Aku pun mengingatnya di dalam diri-Ku, seandainya ia mengingat-Ku di dalam kelompok orang, maka Aku akan mengingatnya di hadapan kelompok yang lebih baik dari mereka, seandainya ia mendekati-Ku sejengkal, Aku akan mendekatinya sedepa, dan seandainya ia mendekati-Ku sedepa, Aku akan mendekatinya selangkah. Jika ia berjalan mendekati-Ku, Aku berlari mendekatinya.’

Oleh sebab itu dzikrullah adalah pekerjaan orang-orang terpilih, yang dipilih Tuhan untuk menyebut-nyebut nama-Nya. Barang siapa merasa bahwa kemampuan dzikirnya karena usaha dirinya sendiri, maka rusaklah ketahuidannya, dan tercerai berailah tujuan dzikirnya. Dzikrullah adalah cahaya untuk menuju kepada Sumber Cahaya, energi untuk menuju kepada Sumber Energi dan ilmu untuk menuju kepada Sumber Ilmu. Rasulullah,saw., bersabda : ‘Jika Allah SWT., menghendaki hambanya kebaikan, sungguh diberikannya dzikir kepadanya.’ Dan ‘Jika Allah menghendaki hambanya akan jadi wali dari antara banyak wali, ialah yang paling banyak berdzikir.’ Dan ‘Jika Allah,SWT., mencintai hambanya diilhaminya dzikir.’ Dan Nabi,saw., pernah berkata kepada sahabatnya : ‘Apakah engkau tidak mau kukabarkan amal-amal yang paling bersih di sisi Tuhan, doa yang paling tinggi derajatnya yang paling baik engkau miliki daripada belanja emas dan perak, paling baik daripada menghadapi musuhmu,’ lalu mereka memukul lehermu dengan pedang dan engkau membalas pukulan mereka.’ Sahabat bertanya : ‘Bahkan kita ingin dengar ya Rasulullah.’ Nabi,saw., menjawab : ‘Ialah dzikrullah.’

Seorang Syaikh berkata : ‘Selama Allah tidak ingat hamba-Nya dengan memberinya keberhasilan untuk mengingat-Nya, maka hamba itu tidak akan mampu mengingat-Nya.’

Abu Sulaiman ad-Darany (semoga Allah merahmatinya) berkata : ”Ketika seseorang mulai berdzikir kepada Allah, para malaikat mulai menanam pepohonan di lembah-lembah di surga, terkadang ada malaikat berhenti menanam dan malaikat yang lain bertanya alasanya, dijawab : ‘Sahabatku telah kendor dzikirnya.’”

Dzikrullah adalah merupakan ilmu tahapan, maka secara bertahap seorang Mursyid akan mewariskan ilmu dzikirnya kepada murid-murid yang telah siap menerimanya secara bertahap pula, di awali dengan dzikir jahr (dzikir yang bersuara) lalu meningkat kepada dzikir khafi (dzikir yang tidak bersuara). Sangat dilarang ilmu dzikir ini diberikan kepada orang lain tanpa perkenan dari Mursyid. Karena efek dari pengerjaan dzikir-dzikir yang dilakukan secara konsisten dan dengan kaifiat yang benar, akan mempengaruhi keadaan jiwa, dan akan terbuka jendela alam malakut, untuk itu murid harus dipantau secara terus menerus oleh Mursyid.

Yang pertama, dzikir jahr (dzikir yang dibunyikan), atau dzikir dharab (dzikir yang dipalukan kedalam hati sanubari, dapat berupa satu dhorob, dua dhorob atau tiga dhorob sampai enam dhorob), atau dikenal juga dengan sebutan dzikir nafi isbat, yang maksudnya adalah me-nafi-kan (meniadakan) tuhan-tuhan yang lain (laa Ilaaha), dan meng-isbat-kan (mengkukuhkan) hanya Allah saja kedalam qolbu (Illa Allah). Jadi yang diucap berulang-ulang adalah kalimat ‘Laa Ilaaha Illallah.’ Bayangkan, jika dengan kalimat thoyibah ini, hari kiamat tertahan untuk terjadi, lalu api neraka pun padam karenanya, maka tentulah sangat besar pengaruhnya bagi seseorang untuk mempertebal tingkat keimanannya dan menghancurkan noda-noda yang melekat pada hatinya (qolbu), sebagaimana sebongkah es yang berada diatas bara api. Dzikir jenis ini dapat dilakukan secara bersama-sama, membentuk suatu lingkaran, dalam keadaan bersuci (berwudlu), lalu menyebutnya dengan nada yang harmonis mengikuti suara Syaikh atau pemimpin dzikir, dan mengikuti gerakannya. Biasanya kholaqoh dzikir di adakan pada hari Jum’at malam dan Sabtu sore, selama jangka waktu empat atau dua jam, satu jam pertama digunakan untuk mendengarkan wejangan dari Syaikh dan jam berikutnya digunakan untuk dzikir bersama-sama. Dan dzikir jahr ini, dapat pula dilakukan secara sendiri-sendiri dengan mengulang-ngulangnya sebanyak sekurang-kurangnya seratus enam puluh lima kali banyaknya.

Keutamaan dzikir jahr atau dzikir dhorob secara berjamaah seperti yang disabdakan oleh Rasulullah,saw : ‘Sesungguhnya Allah Yang Maha Suci dan Maha Tinggi memiliki para Malaikat yang banyak mengadakan perjalanan mengelilingi bumi, senantiasa mencari majelis-majelis dzikir. Apabila mereka menjumpai majelis yang ada dzikir, maka mereka ikut duduk bersama. Sebagian mereka mengelilingi yang lain dengan sayap mereka, sehingga mereka memenuhi antara mereka dan langit dunia. Apabila mereka pergi maka mereka naik ke langit. Lalu Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Besar berfirman kepada mereka pada hal Dia lebih mengetahui tentang mereka, ‘Dari manakah kamu?’, mereka menjawab, ‘Kami datang dari sisi hamba-Mu di bumi, mereka me-Mahasucikan-Mu, me-Mahabesarkan-Mu, me-Mahaesakan-Mu, memuji-Mu dan mohon kepada-Mu.’ ‘Apakah yang mereka minta dari-Ku?’, mereka menjawab, ‘Mereka memohon kepada-Mu akan Surga-Mu’, ‘Apakah mereka melihat Surga-Ku?’, mereka menjawab, ‘Tidak, wahai Tuhan,’ ‘Bagaimanakah seandainya mereka melihat Surga-Ku?’, mereka menjawab, ‘Mereka mohon diselamatkan kepada-Mu,’ ‘Dari apa mereka mohon diselamatkan?’, mereka menjawab, ‘Dari neraka wahai Tuhan,’ ‘Apakah mereka melihat neraka-Ku?’, mereka menjawab, ‘Tidak,’ ‘Bagaimanakah seandainya mereka melihat neraka-Ku?’ mereka berkata, ‘Mereka memohon ampunan-Mu,’ ‘Aku telah memberi ampunan kepada mereka, Aku memberikan apa yang mereka minta, dan Aku selamatkan mereka dari apa yang mereka minta diselamatkan,’ mereka menjawab, ‘Wahai Tuhan, di antara mereka terdapat fulan, seseorang yang banyak kesalahan, ia hanya lewat, lalu duduk bersama mereka,’ ‘Aku mengampuni mereka, mereka adalah suatu kaum yang teman duduk mereka tidak celaka.”

Tahap awal bagi seorang murid yang bersungguh-sungguh melakukannya akan terbiasa dengan pengucapan kalimat ‘Laa Ilaaha Illallaah,’ hatinya akan tercerahkan, oleh sebab itu beberapa tarekat menyebutnya dzikir pencerahan hati, maka secara tahap demi tahap akan ‘fana’ atau terbongkarnya sifat-sifat yang majmumah (tercela) berganti kepada sifat-sifat yang mahmudah (terpuji), dan sekaligus akan tertanam di dalam hatinya arti dari pada kalimat thoyibah ini ‘Tiada yang hidup kekal selain hanya Allah saja (hayyum baqo)’. Di tahap berikutnya pendzikir akan mempunyai pe-rasa-an yang benar tentang ‘jarak’ antara seorang hamba dengan Tuhannya, siapa sesungguhnya hamba dan siapa Tuhan, serta tingkat keimanannya akan terperbaharui setiap harinya, kecerdasannya menjadi-jadi, sehingga kalimat thoyibah itu mempunyai arti ‘Tiada sesuatupun yang disembah melainkan Allah (hayyum ma’bud).’ Tahap selanjutnya adalah ketahuidan sang pendzikir akan semakin bersih, peng-esa-an Allah se-esa-esa-nya semakin terjelaskan, hati akan semakin tercerahkan dan kosong dari selain-Nya, dirinya pun lenyap, dalam tahap yang demikian kalimat thoyibah ini akan mempunyai arti ‘Tiada sesuatupun yang maujud kecuali Allah (hayyum maujud).’

Syaikhuna (semoga Allah merahmatinya) berkata : ‘Para sesepuh Banten menyebutnya dzikir arro atau dzikir gergaji, karena suaranya mirip gergaji, yaitu disaat mengucap ‘Illallaah’ dibunyikan di tenggorokan dengan suara yang panjang, dan mendatangkan rasa seolah-olah mengejar-ngejar Allah,SWT. Dzikir dengan cara ini akan dengan cepat membangkitkan kecintaan kepada Allah,SWT.’

Kaifiat Dzikir Jahr seperti tersebut dibawah ini, bila ingin mengamalkannya wajib mendapatkan perkenan dari seorang Syaikh dari tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah :

إِلَى حَضْرَةِ النَّبِيِّ الْمُصْطَفَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ شَيْءٌ ِللهِ لَهُمْ – الفاتحة

ثُمَّ إِلَى أَرْوَاحِ جَمِيْعِ مَشَايِخِ أَهْلِ سِلْسِلَةِ الطَّرِيْقَةِ الْقاَدِرِيّةِ وَالنَّقْشَبَنْدِيَّةِ وَجَمِيْعِ أَهْلِ الطَّرِيْقَةِ خُصُوْصًا إِلَى رُوْحِ سَيِّدِناَ وَمَوْلاَناَ سُلْطَانِ اْلأَوْلِيَاءِ سَيِّدِ الشَّيْخِ عَبْدِ اْلقاَدِرِ الْجَيْلاَنِيِّ الْبَغْدَادِيِّ قَدَّسَ اللهُ سِرَّهُ الْعَزِيْزَ وَسَيِّدِ الشَّيْخِ أَبِي الْقاَسِمِ الْجُنَيْدِيِّ الْبَغْدَادِيِّ وَسَيِّدِ الشَّيْخِ أَحْمَدَ خَاطِبِ السَّمْبَسِيِّ وَسَيِّدِ الشَّيْخِ عَبْدِ الْكَرِيْمِ تَناَرَا الْبَنْتَنِيِّ وَسَيِّدِ الشَّيْخِ عَبْدِ اللهِ مُباَرَكْ Cibuntu وَشَّيْخِ نُوْرِ النَّوْمِ حَاجِ سُرْياَدِفْراَجَا بِنْ حَاجِ أَغُوْس تاَجُ الدِّيْن وشَّيْخْ حَاجِ أَحْمَدْ شَيْخِ الدِّيْن بِنْ حَاجِ أَمِيْنِ الدِّيْن وَأُصُوْلِهِمْ وَفُرُوْعِهِمْ وَأَهْلِ سِلْسِلَتِهِمْ وَاْلآخِذِيْنَ عَنْهُمْ شَيْءٌ ِللهِ لَهُمْ – الفاتحة

ثُمَّ إِلَى أَرْواَحِ آبَائِنَا وَأُمَّهَاتِنَا وَإِخْوَانِنَا وَأَخْوَاتِنَا وَمَشَايِخِنَا فِي الدِّيْنِ وَإِلَى أَرْوَاحِ جَمِيْعِ الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ شَيْءٌ لِلَّهِ لَهُمْ – الفاتحة

الإخلاص x 3، الفلق x1، الناس x1، الفاتحة x1، آلم x1، آيات الكرسي x1

 اَللَّهُمَّ اْفتَحْ لِيْ بِفُتُوْحِ اْلعَارِفِيْنَ x 7
 اَلْحَمْدُ لله وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ اْلحَبِيْبِ اْلعَلِيِّ اْلعَظِيْمِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ اْلهَادِيْ إِلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْم ٍx 3
 اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَبَارِكْ وَسَلِّمْ x3
 أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ اْلغَفُوْرَ الرَّحِيْمَ x3
 إِلهِيْ أَنْتَ مَقْصُوْدِيْ وَرِضَاكَ مَطْلُوْبِيْ أَعْطِنِيْ مَحَبَّتَكَ وَمَعْرِفَتَكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ x3

أَسْتَغْفِرُ الله اْلعَظِيْمَ - x7

أَفْضَلُ الذِّكْرِ فَاعْلَمْ أَنَّه ُ
1- لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله حَيٌّ بَاقٍ
2- لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله حَيٌّ مَعْبُوْدٌ
لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله حَيٌّ مَوْجُوْد ٌ3-

لاَ مَقْصُوْدَ إِلاَّ اللهُ " لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله "”

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَلِمَةُ حَقٍّ عَلَيْهاَ نَحْيَ وَعَلَيْهَا نَمُوْتُ وَبِهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلآمِنِيْنَ.


اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلاَةً تُنْجِيْنَا بِهَا مِنْ جَمِيْعِ اْلأَهْوَالِ وَاْلآفَاتِ وَتَقْضِي لَنَا بِهَا جَمِيْعَ اْلحَاجَاتِ وَتُطَهِّرُنَا بِهَا مِنْ جَمِيْعِ السَّيِّئَاتِ وَتَرْفَعُنَا بِهَا عِنْدَكَ أَعْلَى الدَّرَجَاتِ وَتُبَلِّغُناَ بِهَا أَقْصَى اْلغَايَاتِ مِنْ جَمِيْعِ اْلخَيْرَاتِ فِي اْلحَيَاتِ وَبَعْدَ اْلمَمَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ واَلْحَمْدُ لله رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ.

Yang kedua adalah dzikir khafi (tidak berbunyi) atau dzikir lathaif menyebut ismudzat didalam hati (qolbu) Allah .. Allah .. Allah, dzikir khafi ini mempunyai tujuh tingkatan, yaitu latifatul Qalbu, latifatul Ruh, latifatul Sir, latifatul Khofi, latifatul Akhfa, latifatul Nafs Natiqa dan Latifatul Kullu Jasad. Pada umumnya dzikir khafi ini dilakukan secara sendiri-sendiri sebanyak sebelas ribu kali banyaknya dalam satu hari. Pembagiannya ialah Latifatul qolbi sebanyak lima ribu kali dan yang latifah lainnya masing-masing seribu kali banyaknya. Dzikir khafi ini dipadu dengan tehnik-tehnik pernafasan, sehingga akan mencapai suatu keadaan dimana setiap nafas-nafas seseorang akan berisi dengan dzikir-dzikir. Syaikhuna (semoga Allah merahmatinya) sering berkata: ’Manfaatkan waktu sebaik-baiknya, jangan sampai ada satu tarikan nafas pun yang tidak berdzikir menyebut nama-Nya, karena nafas adalah umurmu yang terbuang.’

Rasulullah.saw. bersabda sehubungan dengan dzikir khafi ini : ‘Dzikir yang tidak didengar oleh malaikat Hafadhah (pencatat amal) melampaui dzikir yang didengar olehnya hingga tujuh puluh kali lipat.’

Dan beliau juga bersabda : “Di Hari Berbangkit nantinya Allah,SWT., akan mengembalikan semua makhluk pada perhitungan amalnya. Malaikat Hafadhah datang menghadap Allah,SWT., dengan hasil catatannya, Allah,SWT., berfirman : ‘Perhatikan baik-baik apakah masih ada amal kebajikannya ?’ Malaikat menjawab : ‘Segala hal yang kami ketahui dan kami catat sudah tidak ada yang tertinggal lagi, semuanya telah kami catat.’ Allah,SWT., berfirman : ‘Sesungguhnya hamba-Ku masih punya kebajikan, Aku akan membalas kebajikannya itu. Kebajikan itu adalah dzikir yang dilakukan dengan tanpa suara (dzikir khafi).”

Seorang Syaikh bertanya kepada Syaikh Azizan Ali ar-Ramitani (semoga Allah mensucikan ruhnya) berkenaan dengan ayat Al Qur’an yang berbunyi ‘Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah sebanyak-banyaknya. (QS 33:41). Apakah harus dikerjakan dengan lidah ataukah dengan hati ? Tuan Syaikh menjawab : ‘Bagi pemula yang terbaik adalah dengan lidah, karena hatinya masih belum stabil dan bersih serta masih dikacaukan oleh pikiran-pikirannya tentang warna warni kehidupannya. Untuk dapat mengingat Tuhan dibutuhkan usaha yang keras dan tekun, oleh sebab itu baginya lebih bermanfaat menyebutnya dengan lidah dengan bersuara dan gerakan yang khusus, agar hati yang kadung sudah tuli dapat mendengar dan membekas atas ke-esa-an-Nya. Sedangkan untuk ahlinya, yang terbaik adalah berdzikir dengan hati, yang dengan cepat akan mempengaruhi hatinya dan memenjarakan sifat-sifat buruknya yang lebih tersembunyi, meningkatkan kesadaran akan af’al-Nya dan sifat-sifat-Nya. Akan menjadikan seluruh unsur-unsur tubuhnya baik yang lahir ataupun yang batin dapat berdzikir di setiap keadaan. Dzikir yang dilakukan oleh ahlinya di dalam hati dalam satu hari, sama nilainya dengan dzikirnya pemula dengan lidah dalam satu tahun.’

Kaifiat Dzikir Lathaif seperti tersebut dibawah ini, dan barang siapa ingin mengamalkannya wajib mendapatkan perkenan atai ijazah seorang Syaikh dari tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah :

إِلَى حَضْرَةِ النَّبِيِّ الْمُصْطَفَى رَسُوْلِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ - الفاتحة


ثُمَّ إِلَى أَرْوَاحِ جَمِيْعِ مَشَايِخِ أَهْلِ سِلْسِلَةِ الطَّرِيْقَةِ الْقاَدِرِيّةِ وَالنَّقْشَبَنْدِيَّةِ وَخُصُوْصًا إِلَى رُوْحِ سَيِّدِناَ وَمَوْلاَناَ سُلْطَانِ اْلأَوْلِيَاءِ سَيِّدِ الشَّيْخِ عَبْدِ اْلقاَدِرِ الْجَيْلاَنِيِّ الْبَغْدَادِيِّ قَدَّسَ اللهُ سِرَّهُ الْعَزِيْزَ وَسَيِّدِ الشَّيْخِ أَبِي الْقاَسِمِ الْجُنَيْدِيِّ الْبَغْدَادِيِّ وَسَيِّدِ الشَّيْخِ أَحْمَدَ خَاطِبِ الشَّمْبَسِيِّ وَسَيِّدِ الشَّيْخِ عَبْدِ الْكَرِيْمِ تَناَرَا (اَلنَّوَوِيِّ الْبَنْتَنِيِّ) وَسَيِّدِ الشَّيْخِ عَبْدِ اللهِ مُباَرَكْ Cibuntu وَشَّيْخِ نُوْرِ النَّوْمِ حَاجِ سُرْياَدِفْراَجَا بِنْ حَاجِ أَغُوْس تاَجُ الدِّيْن وشَّيْخْ حَاجِ أَحْمَدْ شَيْخِ الدِّيْن بِنْ حَاجِ أَمِيْنِ الدِّيْن وَأُصُوْلِهِمْ وَفُرُوْعِهِمْ وَأَهْلِ سِلْسِلَتِهِمْ وَاْلآخِذِيْنَ عَنْهُمْ شَيْءٌ ِللهِ لَهُمْ – الفاتحة

ثُمَّ إِلَى أَرْواَحِ آبَائِنَا وَأُمَّهَاتِنَا وَإِخْوَانِنَا وَأَخْوَاتِنَا وَمَشَايِخِنَا فِي الدِّيْنِ وَإِلَى أَرْوَاحِ جَمِيْعِ الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ شَيْءٌ لِلَّهِ لَهُمْ - الفاتحة

* اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آل سَيِّدِنَاِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آل سَيِّدِنَاِ إِبْرَاهِيْمَ وباَرِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آل سَيِّدِنَاِ مُحَمَّدٍ كَمَا باَرِكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آل سَيِّدِنَاِ إِبْرَاهِيْمَ فِي الْعاَلَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَّجِيْدٌ 15x/25x

* أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ رَبِّي مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ 15x/25x


* إِلَهِيْ أَنْتَ مَقْصُوْدِيْ وَرِضَاكَ مَطْلُوْبِيْ أَعْطِنِيْ مَحَبَّتَكَ وَمَعْرِفَتَكَ ياَ أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ 3x/5x


أَفْضَلُ الذِّكْرِ فَاعْلَمْ أَنَّهُ
1- لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ حَيٌّ بَاقٍ
2- لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ حَيٌّ مَعْبُوْدٌ
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ حَيٌّ مَوْجُوْد 3-

لاَ مَقْصُوْدَ إِلاَّ اللهُ لَطِيْفَةُ اْلقَلْبِ ........ "الله" 5000 x
دُعاَءُ لَطِيْفَةِ اْلقَلْبِ

اَللَّهُمَّ أَنْتَ مَقْصُوْدِيْ وَرِضَاكَ مَطْلُوْبِيْ أَعْطِنِيْ مَحَبَّتَكَ وَمَعْرِفَتَكَ وَافْضِ عَلَى لَطِيْفَةِ قَلْبِ أََنْوَارِ تَجَلِّي الأْفَعْاَلِ اْلفَائِضَةِ مِنْ قَلْبِ حَبِيْبِكَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى قَلْبِ صَفِيِّكَ آدَمَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ.

Yang ketiga adalah dzikir pentutup atau dzikir ‘Lam Nafi Isbat’, dikerjakan setelah menyelesaikan dzikir jahr dan dzikir khofi. Adalah dzikir dengan tehnik pernafasan yang tinggi yang dipadu dengan gerakan dengan selalu mempertahankan bilangan ganjil. Hati menyebut kalimat thoyibah ‘Laa Ilaaha Illallah’ dengan tehnik pernafasan dan gerakan tertentu, dan pada bilangan ganjil nafas secara perlahan-lahan dikeluarkan sambil menyebut ‘Muhammad Darasulullah’. Dilakukan sebanyak banyaknya dua puluh satu kali. Keutamaan dzikir dengan cara ini adalah akan membersihkan hati dari kemunafikan dan membangkitkan rasa cinta yang membara.

Yang keempat adalah dzikir khusus, yang diberikan hanya kepada murid-murid tertentu saja, yaitu dengan menyebut Ya Hu … Ya Hu … Ya Hu dengan nada yang seimbang antara Ya dan Hu sehingga penyebutan Ya Hu dan Hu Ya nyaris sulit dibedakan. Dan yang sangat khusus adalah dengan menyebut Yaa Huuu Haq … Yaa Huuu Haq … Yaa Huuu Haq, Yaa diucap pendek dan Huuu diucap agak panjang, serta seolah-olah ada tasydid atau siddah dianta Yaa dan Huuu (Yaah Huuu) dan di saat menyebut Haq dihisap kedalam perut, dan merasakan atau mengisbatkan Yang Haq kedalam diri.

Berkenaan dengan dzikir Ya Hu ini ada sebuat riwayat mengatakan, seorang pemuda sedang berjalan ditepi sungai, ia mendengar suara yang mengulang-ulang suatu ungkapan, ‘Tak ada maknanya itu,’ katanya kepada dirinya sendiri, ‘sebab orang itu salah melafalkannya, seharusnya Ya Hu, ia bilang U Ya Hu.’ Kemudian ia menyadari bahwa ia mempunyai kewajiban, sebagai murid yang lebih teliti untuk membetulkan ucapan orang yang patut dikasihani itu. Lalu ia menyewa sebuah perahu kecil untuk membawanya menuju pulau di tengah-tengah sungai dimana suara tadi berasal. Ditemukannya seorang tua duduk di sebuah gubug yang terbuat dari alang-alang yang mengenakan jubah bertambal, bergerak-gerak sambil mengucapkan ungkapan tadi. ‘Sahabat’ kata sang pemuda ‘Engkau keliru melafalkan ungkapan itu, sudah kewajibanku untuk memberitahumu, sebab ada pahala bagi mereka yang memberi dan menerima nasihat. Beginilah ucapan yang benar.’ Lalu diberitahukannya ucapan itu. ‘Terima kasih’ kata orang tua yang memakai jubah bertambal dengan rendah hati. Pemuda tadi naik kembali ke perahunya, merasa puas karena telah melakukan suatu perbuatan baik. Konon, orang yang bisa mengulang-ulang ungkapan rahasia itu dengan benar, akan bisa berjalan di atas air. Pemuda tadi telah bertahun-tahun mengamalkannya, namun belum pernah merasakannya. Kini, ia tak mendengar lagi suara dari gubug alang-alang itu, dan yakin bahwa pelajarannya sudah diterima dengan baik. Tak lama kemudian, didengarnya kembali ungkapan yang lebih keliru U … Ya oleh orang tua tadi. Sang pemuda berkata dalam hatinya, ‘Betapa manusia sering kali keras kepala mempertahankan kekeliruannya.’ Disaat ia melantukan buruk sangkanya, tiba-tiba ia melihat pemandangan yang ganjil, munculah orang tua tadi mendatangi perahunya, sambil berjalan diatas air! Ia pun berhenti mendayung karena takjub. Orang tua itu berkata, ‘Hai anak muda, maaf saya mengganggu, tetapi saya harus menemuimu untuk menanyakan kembali cara pengucapan yang benar yang kisanak sampaikan tadi, sebab saya kesulitan untuk mengingatnya.’

Banyak orang yang merasa aneh mendengar dzikir Ya Hu ini, mereka bertanya-tanya apa makna dan manfaatnya. Syaikhuna (semoga Allah merahmatinya) berkata : ”Berdzikir dengan cara menyebut Huwa diperuntukan bagi murid-murid tertentu saja yang sudah tenggelam didalam dzikir-dzikirnya, seperti yang termaktub didalam ayat pertama dari surat Al Ikhlash yang berbunyi ‘Qul Huwa Allahu Ahad, Huwa adalah hakikat Dzat, Allahu adalah ismu Dzat (nama Dzat) dan Ahad adalah salah satu nama dari 99 nama-Nya yang terindah.’ ”

Yang kelima dalah dzikir yang sangat khusus, disebut dzikir wuquf dikerjakan dalam keadaan relaks, khususnya setelah khatam atau menyelesaikan dzikir lathief, atau setelah menyelesaikan dzikir Lam Nafi isbat, dalam keadaan duduk bersila, seluruh tubuh dimatikan, mata dipejamkan dan lidah dilipat keatas, lalu biarkan seluruh unsur-unsur yang ada didalam tubuh ini berdzikir menyebut ismul azhom .. Allah ... Allah ... Allah dilakukan sebanyak-banyaknya.

Syaikh Sa’ied al-Kharraz (semoga Allah merahmatinya) berkata : ‘Apabila Allah akan menjadikan seorang hamba sebagai kekasih-Nya, maka Allah akan membukakan pintu dzikir kepadanya. Jika sang hamba telah merasakan kelezatan dzikir, maka Allah akan membuka pintu kedekatan. Lalu Allah mengangkat hamba itu pada posisi senang. Setelah itu Allah mendudukan sang hamba di atas singgasana tauhid. Berikutnya Allah menyingkapkan tirai (hijab) bagi sang hamba dan menempatkan hamba itu di dalam rumah kesendirian. Kemudian barulah Allah membuka tirai keagungan dan kebesaran-Nya pada sang hamba itu. Ketika pandangan sang hamba terarah pada keagungan dan kebesan-Nya, ia akan kekal dengan tanpa Dia. Sejak itulah, sang hamba menjadi sebuah waktu yang sirna, tanpa kesadaran diri. Maka akhirnya sang hamba akan senantiasa berada dalam lindungan-Nya dan terbebas sama sekali dari dorongan-dorongan yang muncul dari dirinya sendiri.’

Tiada kata-kata yang mampu menggantikan atau menggambarkan keindahan dari pada dzikir ini, bak memandang langit di malam hari, semakin lama dipandang semakin memberikan kedamaian, kaifiatnya sebanyak bintang-bintang yang berkilauan, manfaatnya bak cahaya bulan yang menerangi kegelapan, oleh karena itulah Rasulullah,saw., bersabda : “Hari kiamat itu tidaklah akan terjadi hingga sudah tidak ada lagi orang yang mengucapkan lafal ‘Allah .. Allah .. Allah’ di muka bumi ini.”

Allah SWT melarang bergaul dengan orang-orang yang lalai dari dzikrullah dan yang menghabiskan waktunya hanya untuk mencari kehidupan dunia saja, serta mengharuskan menjalin persahabatan dan meningkatkan kesabaran bersama-sama dengan orang-orang yang berdzikir diwaktu pagi dan petang, sesuai degan firman-Nya :
Berpalinglah dari orang-orang yang lalai dari mengingat kepada kami, yang hanya mencari kehidupan di dunia. (QS 53 : 29)
Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya, dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia, dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas. (QS 18:28)


Ayat-ayat dalam Al Qur’an yang berkenaan dengan perintah berdzikir:

Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang menghalang-halangi menyebut nama Allah dalam mesjid-mesjid-Nya. (QS 2 : 114)
Berdzikirlah kepada Allah di tempat masy’arilharam (di Muzdalifah) dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu.’ (Qs 2 : 198)
Apabila telah menyelesaikan ibadah hajimu, berdzikirlah (dengan menyebut) Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut (membangga-banggakan) nenek moyangmu, atau berdzikirlah lebih bayak dari itu. (QS 2 : 200)
Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang berbilang. (QS 2 : 203)
Orang-orang yang berdzikir kepada Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring. (QS 3 : 191)
Jika engkau telah menuaikan sembahyang ingatlah kepada Allah diwaktu berdiri, di waktu duduk atau di waktu berbaring. (QS 4 : 103)
Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. (QS 20 : 14)
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung. (QS 8 : 45)
Laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar. (QS 33 : 35)
Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya. (QS 33 : 41)
Dan Janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa pada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik. (QS 59: 19) 'Wahai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu itu menghalangi engkau dari mengingat Allah, barang siapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang rugi. (QS 63: 9)


Keadaan ahli dzikir di alam dunia seperti yang termaktub dalam Al Qur’an dan Al Hadis :
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka.(QS 8 : 2) 'Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Qur’an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhan-nya, Kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. (QS 39:23) '(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (QS 13:28)

Dzikir kepada Allah bagi orang lupa sama halnya bila saat kesabaran dalam kesusahan.

Andaikan yang berdzikir kepada Tuhannya dibanding dengan yang tidak dzikir sama perbedaan antara orang hidup dan orang mati.

Berdzikir pada Allah waktu pagi dan petang adalah lebih mulia dari memanggul pedang fisabilillah dan mendermakan harta.

Adapun akhli dzikir ialah ahlullaah pada khususnya.

Jika Allah menghendaki hambanya kebaikan, sungguh diberikannya dzikir kepadanya.

Jika Allah mencintai hambanya diilhaminya dzikir.

Dalam keadaan lupa ia terus berdzikir seperti pohon kayu yang rindang lagi hijau di tengah pohon yang kering.

Tidak ada satu kaum yang mereka itu duduk berdzikir kepada Allah, melainkan datanglah malaikat-malaikat melindungi dan meliputi mereka dengan rahmat. Turunnya malaikat itu membawa ketenangan dan Allah mengingat mereka sebagai orang yang ada di di sisinya.

Andaikata seorang lelaki berada didalam kamar yang penuh uang yang dibagi-bagikan, sedang yang lain berdzikir kepada Allah, tentu yang berdzikir itu lebih mulia.

Ataukah tidak seorang manusia yang di dalam hatinya membangun salah satu dari keduanya, yaitu malaikat dan yang lainnya syaithoon, kalau berdzikir kepada Allah, binasalah syathoon dan bila tidak berdzikir maka syathoon meletakkan api yang berat dalam hatinya untik meragukannya.

Aku duduk bersama kaum yang berdzikir kepada Allah Taala dari sembayang Subuh sampai dengan terbit matahari, aku lebih sukai daripada memerdekakan empat orang dari anak cucu Nabi Ismail.

Aku duduk bersama kaum yang berdzikir kepada Allah Taala dari sembayang ashar sampai dengan terbenamnya matahari, aku lebih sukai daripada memerdekakan empat orang dari anak cucu Nabi Ismail.

Perbanyaklah dzikir kepada Allah sampai oang berkata ‘anda gila’.

Siapa yang sembayang subuh secara berjamaah kemudian duduk berdzikir kepada Allah sampai terbit matahari, kemudian sembayang lagi dua rakaat adalah baginya pahala seperti pahala haji dan umrah secara sempurna, sempurna, sempurna.

Allah Taala memerintahkan Nabi Yahya supaya menyeru bani israil lima kalimat, salah satu diantaranya ialah dzikir kepada Allah. Kalau dimisalkan demikian seperti seorang lelaki yang keluar di waktu pagi ia cepat mendapatkan bekas kaki, sehingga tiba di suatu benteng, di situlah ia berlindung untuk menjaga dirinya. Demikian seorang hamba tidak dapat membentengi dirinya, agar terjaga dari syaithoon, kecuali dzikir kepada Allah Taala.

Seorang sahabat berkata kepada Rasulullah : ‘Wahai Rasulullah bahwa syariat agama telah berkumpul pada aku, beritahukanlah kepada ku sesuatu yang bisa aku bertekun tetap mengamalkannya. Nabi bersabda : ‘Basahi lidahmu selalu berdzikir kepada Allah Taala.

Sayyidina Umar bin Khatab r.a., berkata : Orang yang berdzikir kepada Allah di pasar niscaya akan datang nanti di hari kemudian bagianya cahaya bulan, bersinar seperti cahaya matahari dan barang siapa memohon ampun di pasar, maka ia diampuni dosanya sebanyak isi pasar itu.

Anas bin Malik,ra., berkata : ‘Tak sejengkal tanah ada orang berdzikir kepada Allah dengan bersembahyang atau hanya berdzikir kecuali berbanggalah dan bergembira yang ada di sekeliling bumi dan memujinya dan tak ada suatu rumah yang didiami suatu kaum kecuali rumah itu berselawat pada mereka atau melaknat mereka.

Abu Hurairah,ra., berkata : ‘Sesungguhnya isi langit memandangi rumah-rumah penduduk bumi yang didalamnya disebut-subut nama Allah, sebagaimana tampaknya pandangan bintang-bintang di langit.’

Sufyan bin Umaenah,ra., berkata : ‘Bila berkumpul suatu kaum berdzikir kepada Allah, terhindarlah syaithoon dan duniawi, maka berkatalah syaithoon kepada dunia, adakah engkau lihat itu ? menjawablah dunia : ‘sesungguhnya jika mereka berpisah aku mengambil ubun-ubunnya untuk kuserahkan kepadamu.’

Hadis Nabi,saw., yang berkenaan dengan keadaan ahli dzikir di alam Barzakh :

Rasulullah,saw., bersabda : ‘Tidak ada bagi pemilik (orang yang mengucapkan dan mengamalkan) Laa Ilaaha Illallaah ketakutan di dalam kubur dan ketika dibangkitkan (dari kubur). Seakan aku melihat mereka keluar dari kubur sambil membersihkan tanah dari kepala mereka seraya berkata : ‘Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan dari kami rasa sedih. Sesungguhnya Tuhan kami Maha Pengampun lagi Maha Membalas jasa.’

Syaikh Al Hakim Al Tirmidzi (semoga Allah merahmatinya) berkata sehubungan dengan hadis tersebut : ‘Hilangnya ketakutan di dalam kubur dan ketika dibangkitkan dari kubur adalah karena mereka mendapat kabar gembira bahwa mereka selamat dari siksa dan hisab, mendapat cahaya di hari kiamat, mencium wewangian ketika dicabut nyawa, dan kejernihan (nadhrah) wajah di akhirat, serta kesenangan hati.’

Tak ada sedekah lebih mulia daripada dzikir kepada Allah.

Orang-orang yang memandang enteng dzikir kepada Allah, mereka menganggap dzikir sebagai suatu beban, maka mereka akan datang di hari kiamat dalam keadaan ringan.

Hadis Nabi,saw., yang berkenaan dengan keadaan ahli dzikir di hari berbangkit :

Nabi,saw., ditanya, ibadah manakah lebih mulia derajatnya di sisi Allah Taala pada hari kiamat ? dijawab : ‘Ialah orang-orang yang banyak berdzikir kepada Allah yang paling mulia.’

Tidak ada amal manusia yang melepaskan dari azab neraka sama dengan amal dzikrullah sekalipun jihad fisabilillah.

Barang siapa suka diangkat ke taman surga hendaklah memperbanyak dzikirnya.

Orang-orang yang lidahnya selalu terus menerus basah karena berdzikir kepada Allah mereka itu masuk surga dengan tertawa.

Amal-amal yang paling disukai oleh Allah adalah sewaktu akan mati sedang lidahmu basah mengucapkan dzikir kepada Allah Taala. Atau Lidah basah berdzikir diwaktu pagi dan petang.

Tak ada yang menyesal penghuni surga nanti, kecuali orang-orang yang saat matinya di dunia tidak diakhiri dengan berdzikir lidahnya kepada Allah Taala.

Tidak ada dari suatu kaum, mereka duduk pada suatu mejelis, mereka bercerai-berai dan tidak berdzikir kepada Allah Taala di tempatnya itu, melainkan mereka berpisah pisah seperti orang yang meninggalkan bangkai himar, adakah mereka rugi dihari kiamat.

Membaca Laa ilahaa Illallaah secara ikhlas dan diripun mukhlis niscaya akan masuk surga.

Akan diketahui golongan yang mempunyai kemuliaan pada suatu hari nanti. Nabi saw ditanya : ‘Siapa golongan yang dimaksud ya Rasulullah ?’ Beliau menjawab : ‘Ialah golongan yang duduk di majelis berdzikir dalam mesjid.’

Bukannya berdzikir diwaktu subuh dan bukan pula diwaktu sore melainkan di mana saja di sekitar bumi ini, sebagian dengan sebagiannya saling memanggil, adakah sudah berlalu seseorang berselawat kepadamu atau berdzikir kepada Allah, maka sahut sebagiannya, ada, sedang sebagian lagi menyahut, tidak. Kalau ia bekata ‘ya ada, aku tahu bahwa baginyalah kemuliaan dan tak ada seorang hamba Tuhan di bumi ini yang dzikir atau bersalawat, kecuali aku naik saksi di sisi Tuhannya dan kami menangisi saat hari matinya.

2 komentar:

  1. subhanallah ilahi anta maksuudi warridoka mattluubi

    BalasHapus
  2. subhanallah ilahi anta maksuudi warridoka mattluubi

    BalasHapus